Semangat Pagi !!
Ayooo kita mulai aktifitas hari ini dengan "Semangat Pagi."
Kurang Lebih selama 9 bulan kita berada di dalam kandungan ibu kita tercinta. Hal tersebut adalah salah satu bukti nyata betapa besarnya jasa dan perjuangan mereka sehingga dengan materi bahkan kebanggaan yang kita miliki pun tidak mampu menggantikan seluruh pengorbanan yang mereka lakukan.
Saya terlahir dengan didikan "Keras dan Mandiri" oleh kedua orang tua saya. Bahkan masih duduk di bangku sekolah dasar saya sudah diajarkan untuk belajar suka duka berjualan membantu ibu saya mencari nafkah. Dan alhasil hingga hari ini saya sangat bersyukur merasakan dampak positif dari setiap perjuangan hidup saya yang saya alami semenjak masih kecil.
Memang pada saat itu saya juga tidak seperti anak - anak yang lain yang selalu dibelikan mainan, jalan - jalan, dan ditemani oleh kedua orang tuanya,. Karena saya alhamdulillah terlahir di sebuah keluarga yang sederhana di sebuah kota kecil di Padangsidempuan. Saya sudah di "Training" oleh almarhum bapak saya semenjak kecil, dan Beliau adalah seorang "Motivator" yang sangat saya kagumi, sehingga pengalaman dan pelajaran kehidupan tersebut banyak yang saya contoh untuk saya amanahkan kepada orang lain baik di dalam maupun di luar sesi kegiatan trainin.
Seperti apakah sosok almarhum Bapak saya ?
Almarhum Bapak saya adalah seorang wiraswasta kesehatan yang kesehariannya berkecimpung di pembuatan gigi palsu alias " Tukang Gigi Palsu." Beliau keturunan China dan alhamdulillah semenjak menikah dengan ibu saya masuk agama islam. Beliau orang yang sangat keras, mandiri, dan berprinsip. Sangat banyak sekali makna kehidupan yang diajarkan, terutama kalau sebagai anak laki - laki harus bisa menjadi "Pemimpin" bagi diri sendiri, keluarga dan orang lain., jangan pernah puas untuk berbuat kebaikan, dan selalu berdoa memohon ampun kepadaNya. Dari sekian banyak nasehat almarhum pada waktu itu, ketiga hal tersebut yang sangat sering menjadi nasehat dan cerita yang mengajarkan saya kenapa kita harus "Hidup di Dunia" ini.
Beliau bukan tipe Bapak yang selalu memanjakan anaknya. Akan tetapi selalu memberikan target dan skala prioritas, misalnya "Kalau kamu berhasil mendapatkan rangking 1 di sekolah, Bapak belikan sepeda supaya kamu tidak jalan kaki lagi ke sekolah." Mungkin kalau jaman sekarang hal ini sangat lumrah dilakukan oleh orang tua kepada anaknya. Akan tetapi bagi saya itu merupakan penghargaan yang sangat bernilai dibandingkan dengan harga sepedanya. Karena dengan kesibukan kedua orang tua saya untuk mencari nafkah, tidak hlang sedikit pun waktu untuk ikut "ambil posisi" sebagai motivator, trainer, bahkan guru yang juga bisa mengajarkan ilmu yang bermanfaat di kemudian hari.
Hal terakhir yang memotivasi saya dari almarhum adalah tepat saat lebaran tahun 2004 saya mendapatkan pelajaran hidup yang sangat berharga. Beliau mengatakan " Bapak sudah berusia 69 tahun, mudah - mudahan tetap diberikan kesehatan oleh Allah SWT. Membantu orang lain membuat gigi palsu sudah seperti gerakan tubuh yang tidak bisa dihilangkan dari aktifitas sehari - hari, karena betapa sakitnya kita sebagai manusia biasa jika tidak memiliki "Gigi" untuk memakan makanan yang sudah disediakan oleh Allah di dunia. Dan begitulah yang Bapak rasakan dan kerjakan, jika kita ingin membantu orang lain dengan depenuh hati, kita harus mampu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, dan kalau bisa lebih dari yang mereka rasakan. Dan Bapak sudah di berikan "Bonus umur" oleh Allah, mudah - mudahan semua yang Bapak ajarkan semenjak kecil hingga kamu dewasa membawa keberkahan baik buat kamu dan orang lain. Dan ingat."Jangan pernah cepat puas berbuat kebaikan, karena anggap saja kebaikan itu tidak memiliki warna, dan biarkan Allah yang mengubahnya menjadi warna apa saja yang dikehendakiNya, dan kita hanya bisa berdoa, menerima, menjalankan, dan mensyukuri segala apapun balasanNya".
Pesan tersebut sangat membekas di hati saya, dan pada tahun 2005 Beliau menghembuskan nafas terakhir ketika saya sedang berada di Jakarta. Kenangan senyuman terakhir ketika mengantarkan saya ke terminal bis setelah berlebaran pada tahun 2004 adalah kerinduan yang sangat indah yang insyaAllah selalu saya doakan baik di setiap saat maupun ibadah yang saya kerjalan.
Saya adalah sebahagian kecil dari sebuah kisah positif hubungan sorang anak dengan Ayahnya. Kenapa saya menuliskan ini ke dalam profil ? Saya memiliki tujuan positif bahwa," Hubungan sorang anak dengan kedua orang tuanya bukan disaat kedua mata masih mampu memandang indahnya dunia saja, akan tetapi hubungan itu WAJIB tetap dilakukan dengan kasih sayang, pengabdian dan doa agar ketika usia sudah jatuh tempo, kedua orang tua kita mendapatkan tempat terbaik disisiNya." Dan kita juga harus mengingat karena kita pun akan menjadi orang tua dari anak - anak kita kelak. Jadi tidak ada kata terlambat buat kita untuk belajar menyayangi dan berbakti kepada orang tua, juga belajarlah menjadi orang tua yang beriman dan selalu menanamkan kebiasaan untuk tidak pernah puas dalam berbuat kebaikan.
Kapan harus kita mulai ......... Ayooo belajar dari Sekarang.
Salam Semangat Pagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar